Selasa, 08 April 2008

Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Produktivitas Pekerja

2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja

Keberhasilan kerja manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor individual dan faktor situasional. Sesuai dengan namanya, faktor pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat dirubah. Artinya, faktor - faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada dan harus dapat diterima seadanya.

Berbeda dengan yang pertama, faktor kedua terdiri dari faktor - faktor yang hampir sepenuhnya dapat diatur dan dapat dirubah, dan faktor-faktor ini berada diluar diri pekerja. Pemimpin perusahaanlah yang berhak merubahnya, karenanya faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor management. Kelompok-kelompok faktor situasional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan.

Dengan dasar pengetahuan ini, adalah tugas pimpinan untuk mengatur semua faktor-faktor yang dikuasainya dan menjalinnya dengan faktor-faktor diri pekerja untuk menciptakan suatu keadaan yang memberikan keberhasilan tinggi.

2.2. Lingkungan Kerja, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dan Produktivitas Kerja

Lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketilitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Seorang pekerja akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan yang baik pula sehingga dicapai hasil yang optimal.

Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Seorang pekerja akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik sehingga didapatkan hasil yang optimal. Lingkungan kerja adalah tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidak sesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut bisa berasal dari pribadi (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan – tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini. Selain itu pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini

Dengan kata lain lingkungan kerja sangat penting dalam kehidupan manusia dalam melakukan pekerjaan. Teknologi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil optimal dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, serta bila perlu teknologi digunakan untuk mengendalikan lingkungan kerja.Itulah sebabnya lingkungan kerja harus dapat dirancang sebaik mungkin sehinggga dapat diharapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pemakaiannya dan akhirnya menghasilkan produktivitas yang baik.

Gambar 2.1 Hubungan Antara Lingkungan Kerja, K3 dan Produktivitas

2.3. Pengaruh Kebisingan di Tempat Kerja

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat merusak pendengaran, mengganggu ketenamgan bekerja, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian.

Ada tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, intensitas, dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengar kebisingan makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin berkurang.

Kebisingan diatas batas-batas normal (85 dB; decibel = satuan kepekaan suara) perlu disisihkan dari tempat-tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan, mengurangi keletihan mental, dan meningkatkan moral kerja.

Pengendalian atas kebisingan dan getaran yang biasa adalah sebagai berikut :

- Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan, dan peralatan harus senantiasa diberi minyak pelumas dan gemuk.

- Cegah penggunaan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan diatas 95 dB.

- Pergunakan peredam getaran seperti tegel akustik, karet, dan barang-barang lain yang sejenis.

- Sumber-sumber getaran harus diisolasi. Misalnya , hendaknya generator diletakkan didalam tanah

- Permukaan tembok dan langit-langit sedapat mungkin dilapisi dengan tegel akustik

- Lengkapi karyawan yang bekerja di tempat-tempat sumber kebisingan diatas 95 dB dengan alat penyumbat telinga

Telah jelas bagi kita bahwa kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap keadaan kerja manusia maka manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari faktor pribadinya (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang datang dari luar dan akan dibahas dalam kesempatan ini ialah lingkungan kerja dimana manusia melaksanakan kegiatannya. Adalah suatu kenyataan bahwasannya lingkungan kerja berpengaruh terhadap hasil kerja manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan akan tercapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, sebaliknya bisa dikatakan, bahwa suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan optimal, dengan sehat, aman dan selamat.

Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak tentunya. Tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.

Suatu kondisi lingkungan kerja yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini, dan tentu saja pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam pencapaian hasil dari pengujian ini.

Sebagaimana yang kita ketahui terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja diantaranya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, warna dan bau-bauan.

Tabel 2.I Skala Intesitas Kebisingan


Desibel (dB)

Batas dengar tertinggi

Menulikan

120

110

100

Halilintar

Meriam

Mesin Uap

Sangat hiruk

100

90

80

Jalan hiruk-pikuk

Perusahaan sangat gaduh

Pluit polisi

Kuat

80

70

60

Kantor gaduh

Jalan pada umumnya

Radio

Perusahaan

Sedang

60

50

40

Rumah gaduh

Kantor umumnya

Percakapan kuat

Radio perlahan

Tenang

40

30

20

Rumah tenang

Kantor perorangan

Auditorium

Percakapan

Sangat tenang

20

10

0

Suara daun-daun

Berisik

Batas dengar terendah

2.4. Pengaruh Pencahayaan di Tempat Kerja

Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kelelahan. Kebutuhan akibat adanya penerangan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Penerangan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah akibat mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata akan mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan.

Kemampuan mata untuk bisa melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh: ukuran obyek, derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, luminasi (brightness) dan lamanya melihat.Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara obyek sekelilingnya, sedangkan luminasi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Standard penerangan yang diterima adalah setara dengan 100 sampai dengan 200 kali lilin. Penerangan harus memperhatikan tidak timbulnya kesilauan (glare), pantulan dari permukaan yang berkilat, dan peningkatan suhu ruangan. Ternyata lampu-lampu fluorescent (neon TL = tube luminasence) lebih memenuhi syarat dalam hal ini.

Manfaat lampu fluorescent adalah:

- Efisiensi yang tinggi.

- Kesilauan rendah.

- Tidak banyak bayangan.

- Terdapat dalam berbagai warna.

2.4.1. Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi terjadi apabila suatu benda padat memancarkan dan menyerap sinar, dalam hal ini ruang hampa dapat ditembus oleh sinar dan meneruskannya. Radiasi yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi aktifitas pekerja.Untuk itu radiasi yang terlalu tinggi harus sedapat mungkin dihindari dalam suatu lingkungan kerja.

2.5. Pengaruh musik terhadap kinerja

Musik sangat berpengaruh terhadap pekerjaaan.Hal ini dapat kita lihat dengan adanya pengaruh musik rock atau musik pop terhadap hasil kerja operator, daa operator yang senang akan jenis musik tertentu akan memberi semangat bagi operator jika ada musikm tersebut.

II.1.3. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Sosial dan Keorganisasian

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu materi maupun non materi. Karena itu pekerja dalam bekerja ingin mendapatkan perlakuan sebagai manusia walaupun mereka merupakan salah satu alat produksi. Bila berbicara tentang segi kemanusiaan dari seseorang maka segera tampaklah berbagai kebutuhan seperti rasa aman, rasa terjamin, ingin perlakuan yang adil, ingin prestasinya dihargai dan diakui orang lain, ingin berteman, ingin diakui dirinya sebagai bagian dari masyarakat bahkan ingin menonjol.

Herzberg melihat sebagian besar dari hal-hal tersebut sebagai motivator, yaitu yang jika terpenuhi membuat seorang pekerja mendapat kepuasan kerja dan semangat dalam bekerja. Tentu pada gilirannya hal ini dapat diharapkan mendatangkan keberhasilan kerja. Peranan perubahan disini sangat besar seperti dalam menciptakan iklim kerja yang baik, menjalankan kepemimpinan yang baik, mengadakan hubungan-hubungan terbuka baik formal maupun informal, penyelenggaraan sistem upah yang adil, “penghargaan dan hukuman”(reward and punishment) yang tepat, latihan-latihan yang cukup, pembagian tugas yang memadai dan sebagainya.

II.I.4. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Pekerjaan

Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin dan peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal diatas yang membentuk suatu sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Hal tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan agar pada akhirnya dapat mendatangkan produktivitas yang tinggi. Selain itu perlu diperhatikan keadaan-keadaan faktor fisik lain seperti kemampuan kerja, pengaruh lingkungan fisik terhadap lingkungan kerja, perancangan mesin dan peralatan agar cocok dengan pemakaiannya dan cara-cara untuk menangani pemakaiannya.

II.2. Faktor-Faktor Fisik Lingkungan Kerja

(Working Environment Physic Factors)

II.2.2 Cuaca Kerja

Dalam keadaan normal, tiap anggota manusia memiliki cuaca kerja yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya, yaitu tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan cuaca kerja luar jika perubahan cuaca kerja luar tubuh ini tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin.

Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika terjadi kekurangan dan kelebihan panas. Menurut penyelidikan apabila cuaca kerja udara lebih dari 17o C, berarti cuaca kerja udara ini berada dibawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri (35 % di bawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan, karena hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil akibat daripada penguapan. Sebaliknya apabila cuaca kerja udara terlampau panas dibandingkan dengan cuaca kerja udara normal tubuh, maka tubuh manusia akan menerima panas dari akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya melalui sistem penguapannya. Ini menyebabkan temperatur tubuh ikut naik dengan lebih tingginya temperatur udara. Sebagaimana kita ketahui dan kita rasakan bahwa cuaca kerja yang terlalu dingin akan menyebabkan gairah kerja yang menurun. Sedangkan temperatur udara yang terlalu panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan.

Di negara-negara tropis pengendalian cuaca kerja sangat penting sepanjang tahun. Untuk mencegah kesalahan-kesalahan ini, ada juga pabrik-pabrik yang dibangun pada tempat-tempat yang tinggi seperti Puncak, Berastagi, Tawangmangu, dan lain sebagainya.

Pengendali temperatur yang relatif tidak mahal adalah AC Central yang dapat disalurkan ke seluruh ruang kerja termasuk bengkel-bengkel. Guna mengalirkan udara yang telah disejukkan, kipas-kipas penyedot (exhaust fan) perlu dipasang di sudut-sudut tertentu. Udara yang nyaman dan mengalir mengurangi bakteri dan hawa bau dari udara.

II.2.5. Tekanan Udara Tinggi dan Rendah

Sebagaimana kita ketahui, udara di sekitar kita mengandung 21% O2, 78% N2, 0,03% CO2, dan 0,97 % gas lainnya (campuran). Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas–gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara di sekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita, dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan.

Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat – zat yang bisa mengganggu kesehatan , harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang biasanya dilakukan melalui ventilasi.

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagain besar dari kegiatannya, pohon – pohonan merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh pernapasan kita. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman – tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

II.2.6. Warna

Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para pekerja. Menurut penyelidikan, tiap warna itu memberikan pengaruh secara psikologis yang berbeda – beda terhadap manusia. Diantaranya : warna merah bersifat merangsang; warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega, warna hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan, warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan kesan leluasa. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna yang sesuai dapat menghilangkan kesan tersebut, hal ini secara psikologis menguntungkan karena kesan sempit menimbulkan ketegangan.

II.2.7. Getaran Mekanis

Sesuai dengan namanya, getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran –getaran yang ditimbulkan oleh alat – alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh kita dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.

Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekuensi getarnya (getaran/detik); getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas ataupun frekuensinya. Sedangkan alat–alat yang ada dalam tubuh kita pun mempunyai frekuensi alami, dimana alat yang satu berbeda frekuensi alaminya dengan alat yang lain. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuensi alami ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal :

- Mempengaruhi konsentrasi bekerja

- Mempercepat datangnya kelelahan

- Dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang–tulang, dan lain-lain.

II.2.8. Bau – bauan di Tempat Kerja

Adanya bau–bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau–bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapt mengganggu konsentrasi bekerja, dan secara lebih jauh bau – bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman.

Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena itu pemakaian Air Conditioning (AC) yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau – bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

II.4. Metodologi Penelitian Dalam Mempelajari Faktor Manusia

Manusia sebagai tenaga kerja merupakan “alat produksi” yang paling tidak efisien ditinjau dari aspek tenaga, keluaran, ketahanan fisik dan mental apalagi setelah makin digunakannya mesin-mesin otomatis sebagai pengganti tenaga manusia. Tenaga yang dapat dikeluarkan oleh rata-rata pekerja pria normal berumur antara 25 dan 40 tahun hanya sebesar 0.2 PK. Seorang karyawan tidak mampu dibebani lebih dari 30% dari tenaga maksimumnya selama 8 jam perhari. Pembebanan yang berlebihan atau lingkungan kerja yang kurang nyaman bagi manusia normal harus diimbangi oleh pengurangan jam kerja dan istirahat yang lebih lama untuk memulihkan tenaganya.

Tubuh manusia merupakan satu “mesin” yang paling peka terhadap rangsangan. Setiap alat, suhu, warna, atau getaran membawa konsekuensi yang berarti bagi tubuh manusia. Bunyi diatas 90 dB ternyata mampu meningkatkan kadar kolestrol dalam darah manusia. Warna merah padam merangsang seseorang bekerja lebih cepat dari warna biru, dan seterusnya. Penelitian dalam mempelajari faktor manusia dapat dipilih menjadi 2 kategori, yaitu: tipe primer dan tipe sekunder.

Pengunaan Data Antropometri dalam Perancangan Produk

1. Antropometri

Displin ilmu ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia adalah antropometri. Data antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik. Lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja.

Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu :

- Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut. Contoh: stasiun kerja, kursi, meja dan sebagainya.

- Lingkungan perantara atau lingkungan umum. Contoh: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain.

Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang harus kita lakukan adalah mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah lakunya serta keadaan fisiknya.

Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.

Penelitian awal tentang dimensi tubuh manusia dimulai sejak awal abad ke-14 dan sampai pada abad ke-19 barulah dapat dihasilkan data anthropometri yang lengkap. Metode pengukuran ini distandarisasikan selama periode awal sampai pertengahan abad ke-20. Dan belakangan ini adalah yang dilakukan pada tahun 1980-an oleh International Organization For Standarisation.

Antropometri terbagi atas dua cara pengukuran yaitu antropometri statis dan anthropometri dinamis.

1. Antropometri Statis

Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh. Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran dengan keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh, ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :

- Umur

- Jenis kelamin

- Suku bangsa

- Pekerjaan

2. Antropometri dinamis

Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya.

Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis yaitu:

- Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas

- Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja

- Pengukuran variabilitas kerja

Pengukuran Anthropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan.

Sementara itu ruang lingkup utama dari data anthropometri antara lain adalah :

- Desain pakaian

- Desain tempat kerja

- Desain dari lingkungan

- Desain peralatan, perkakas dan mesin-mesin

- Desain produk konsumer

Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri misalnya : kaus kaki, kursi, helm, sepeda, meja dapur, perkakas tangan, tempat tidur, meja, interior mobil, mesin produksi, dan sebagainya. Seorang desainer seharusnya memperhatikan aspek dimensi tubuh dari populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangannya tersebut. Dalam hal ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90 sampai 95 % dari populasi harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.

Hal ini sangat diharapkan di banyak situasi dan kondisi di mana mesin atau peralatan yang dioperasikan membutuhkan human interchangeability, di mana hal tersebut dapat dicapai dengan membuat rancangan yang dapat disesuaikan (adjustable design). Contoh kasus adalah pada kursi mobil untuk pengemudi, di mana kursi seharusnya dapat disesuaikan di berbagai variasi gerakan dan kedudukan pada waktu mengemudi supaya si pengemudi merasa nyaman. Orang yang bertubuh pendek mungkin tidak akan bisa menjangkau kontrol yang dilakukan dengan kaki, yaitu pedal gas, pedal rem dan pedal klos tanpa kursi yang bisa disesuaikan dengan cara digerakkan maju/mundur.

Selain itu, penyesuaian juga mutlak diperlukan jika merancang sesuatu yang akan digunakan oleh populasi yang luas, misalnya untuk produk-produk yang diekspor, dimana pemakai adalah populasi di seluruh dunia yang berbeda-beda dimensi dan ukuran tubuhnya.

1.1. Perancangan Produk

Bila dilihat dalam skema sistem produksi, berdasarkan sistem input dan output, maka sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut :

1. Mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu-kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun Sistem Produksi itu.

2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) yang berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.

3. Mempunyai aktivitas, berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.

4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimasi pengalokasian sumber-sumber daya.

Output dari proses dalam sistem produksi dapat berbentuk barang dan/atau jasa, yang dalam hal ini disebut produk. Pengukuran karakteristik output seyogianya mengacu kepada kebutuhan atau keinginan pelanggan dalam pasar yang amat sangat kompetitif sekarang ini.

Perancangan atau pengembangan produk dibutuhkan oleh produsen dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dengan cara mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan konsumen akan manfaat produk, mendesainnya sampai ke tingkat perencanaan pembuatan produk tersebut. Hal ini berkaitan erat pula dengan siklus hidup produk tersebut. Perancangan yang baik akan menghasilkan produk unggulan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan customer. Karenanya perancangan yang baik membutuhkan input dari berbagai sisi dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Proses perancangan sangat mempengaruhi produk, sedikitnya dalam tiga hal, yaitu biaya pembuatan produk, kualitas produk dan waktu penyelesaian produk mulai dari diterimanya kebutuhan akan suatu produk sampai produk tersebut dapat dipasarkan.

Pengaruh tersebut adalah akibat keputusan-keputusan yang diambil pada proses perancangan, seperti produk dan komponen-komponennya yang mudah dibuat karena itu hanya memerlukan mesin perkakas yang sederhana dan murah, dibuat dari material yang murah tetapi kuat, produk yang mudah dirakit dan dirawat, pemilihan komponen jadi yang dibeli dari pihak lain yang tepat dan murah, pemilihan teknologi yang tersedia, dan lain-lain. Khusus untuk dua hal yang terakhir, yaitu pemilihan komponen jadi yang harus dibeli dari pihak lain dan pemilihan teknologi yang tersedia adalah hal yang sangat krusial. untuk kasus perancangan di Indonesia. Jangan sampai perancangan produk dikuasai oleh perancang asing, sebab mereka dapat mengambil keputusan dalam dua hal tersebut sedemikian rupa sehingga Indonesia tidak dapat ikut dalam partisipasi dalam realisasi pembuatan produk, karena tidak bisa membuat komponen jadi yang diperlukan produk dan karena tidak mempunyai teknologi yang diperlukan.

Dalam hal disain produk, bila kita lihat dari sisi pemakainya yang langsung, barangkali kita dapat membagi peran ergonomi ini ke dalam dua kelompok, yaitu :

- Dari sisi operator (perakit)

Pada saat suatu produk sedang berada pada tahap-tahap pembuatannya, komponen-komponen atau produk setengah jadinya mungkin (hampir) sama persis. Dalam hal ini, waktu perakitannya mungkin berbeda-beda pula akibat cara kerja dan urutan kerja yang berbeda di dalam tahap perakitan produk tersebut. Dengan bantuan ergonomi (atau secara lebih luas dengan methods engineering) mungkin kita dapat menyederhanakan dan mendisain bentuk-bentuk (komponen) yang lebih mudah, lebih aman, dan lebih cepat dibuat/dirakit.

- Dari sisi konsumen produk jadi

Para ahli manajemen pemasaran sering mengemukakan bahwa ada hal-hal yang berada dalam pengendalian perusahaan yang sangat berperan dalam keberhasilan memasarkan suatu produk, yang disebut sebagai bauran pemasaran 4P (product, price, place, promotion).

1.2. Data Anthropometri

Secara garis besar pedoman pengukuran pada data anthropometri antara lain, yaitu :

1. Posisi Duduk Samping

- Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku.

- Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.

- Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.

- Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

- Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan atas paha.

- Tinggi Popliteal(TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.

- Pantat Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

- Pantat Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk dan ukur horisontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku

2. Posisi Berdiri.

- Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.

- Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.

- Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.

- Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan.

- Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak.

- Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horisontal.

3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.

- Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horisontal ke depan.

4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan.

- Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan ukur jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri samping bagian terluar pinggul sisi kanan.

- Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal antara kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.

- Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin.

6. Pengukuran Jari Tangan

- Panjang Jari 1,2,3,4,5 (PJ-12345), cara pengukuran yaitu mengukur masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.

- Pangkal Ke Lengan (PPT), cara pengukuran yaitu mengukur pangkal pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.

- Lebar Jari 2345 (LJ-2345), cara pengukuran yaitu mengukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu sama lain.

- Lebar Tangan (LT), cara pengukuran yaitu mengukur sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking